Senin, 24 Juni 2013

Despite issues, miners still see Indonesia as land of plenty  

For decades, Indonesian Economy has grown up untill now. This country has many mining resources as one of the reason its economy is. In each island such as sumatra, kalimantan, java, sulawesi and Papua hides something that can be mined out. The Other resources is coming from agricultural and sea comodities ( fish, seaweed, pearl and etc). There so many other to be considered, but i'd like to tell more about mining in Indonesian.. hehe

Mining Enterprises and Investors are really interested about Indonesia's resources especially Minerals, Coals, Oil and Natural gas. Our lands From sabang to merauke have mine comodities that can be exploited. One of them is located on sumatera. 

At year 2010, there is one foreign company interested in. It's named G-Resources ( Hongkong Gold mines And Explorer Inc). Peter Albert ( as CEO) said that mineral industrials have a good chance in Indonesia.  Batang Toru, Martabe is G-Resources field now after they have CoW ( contract of Work) with Government. They commenced first  gold commercial production in 2012.

link below show conversation Peter albert with presenter in one tv program

Peter albert said that in next few years , government should be ready with their regulation and policy to  manage mineral and coal mining in Indonesia.
So the prospect for mining sector in Indonesia still tantalize for Bachelor of mining engineering.

 

Senin, 03 Juni 2013

Geologi Struktur


III.1     Struktur Kekar
Seperti juga pada sesar dan perlipatan, kekar umumnya terbentuk karena proses tektonik yang terjadi pada suatu daerah tertentu. Dalam hal ini kekar merupakan akibat lanjutan dan peruses pembentuk sesar atau perlipatan. Kalau kekuatran suatu batuan (Kuat tekan dan tarik) tidak sanggunp lagi melawan tegangan yang ada , mka batuan tersebut akan pecah atau retak-retak. Jika ukuran dari retaknya tersebut besar dan terjadi pergeseran yang besar disebut terjdi sesar, sedangkan dalam ukuran retakan tersebut keecil ( Hanya sampai beberaoa meter) dan relatif tidak terjadi pergeseran maka struktur tersebut dinamakan kekar.
Pada suatu batuan yang sama dalam derah yang relatif kecil sering terdapat beberapa pasang kekar yang berbeda ( system kekar). Kekar-kekar yang mempunyai orientasi ( jurus dan kemiringan) smaa disebut sebagai satu set kekar. Dlaam suatu system kekar bias terdaat lebih dari satu set kekar.( Gambar 3.1)
III.1.1  Faktor Penyebab dan Indikasi di Lapangan
Permukaan bidang kekar ada yang halus, kas. ar, licin dan lain-lain bergantung pada jenis batuannya, kekuatan batuan, besarnya stress, dan jenis gaya yang bekerja padanya. Dalam anlalisis kekar yang perlu diperhatikan adalah : ukurna kekar ( persistensi ), kekasaran bduang kekar, bukaan kekar ( separarion ), isi bukaan kekar ( infilling), ada/tidaknya air pada kekar, besar aliran air pada system kekar, orientasi bidang kekar ( jurus dan kemiringan ), jumlah set kekar pada daerah yang sama dan kerapatan/ jarak antar kekar. Peyebab dalam terbentuknya kekar meliputi :
1.      Karena tekanan ( compressional joint ), pada kekar ini gaya compressive dominan sehingga menyebabkan kekar yang tertutup
2.      Karena tarikan ( tensional joint), pada kekar ini gaya tensional lebih dominan yang menyebaban kekar terbuka.
3.      Kekar karena gerusan ( shear joint), kekar ini memiliki pasangan ( conjugate ) pada umunya sebagai reaksi dari gaya compressive.
4.      Karena pembekuan yang sangat cepat, sehingga timbul retakan
5.      Release joint , diakibatkan oleh kehilangan beban
6.      Tekanan Fluida Pori          
            III.1.2  Klasifikasi Kekar
                                    Secara genetik, kekar terbagi atas:
1.      Kekar Gerus (Shear Joint), yaitu kekar yang terjadi akibat stress yang cenderung mengelincir bidang satu sama lainnya yang berdekatan.
2.      Kekar Tarikan (Tensional Joint), yaitu kekar yang terbentuk dengan arah tegak lurus dari gaya yang cenderung untuk memindahkan batuan (gaya tension). Hal ini terjadi akibat dari stress yang cenderung untuk membelah dengan cara menekannya pada arah yang berlawanan, dan akhirnya kedua dindingnya akan saling menjauhi.
3.      Kekar Hibrid (Hybrid Joint), yaitu merupakan campuran dari kekar gerus dan kekar tarikan dan pada umumnya rekahannya terisi oleh mineral sekunder.( vein )
a.       Kekar Gerus memiliki ciri-ciri dilapangan Biasanya bidangnya licin, Memotong seluruh batuan, Memotong komponen batuan, Bidang rekahnya relatif kecil, Adanya joint set berpola belah ketupat.
b.      Kekar Tarikan memiliki ciri-ciri dilapangan biasanya Bidang kekar tidak rata, Bidang rekahnya relatif lebih besar, Polanya sering tidak teratur, kalaupun teratur biasanya akan berpola kotak-kotak, Karena terbuka, maka dapat terisi mineral yang kemudian disebut vein. Kekar tarikan dapat dibedakan atas: Tension Fracture, yaitu kekar tarik yang bidang rekahannya searah dengan tegasan dan Release Fracture, yaitu kekar tarik yang terbentuk akibat hilangnya atau pengurangan tekanan, orientasinya tegak lurus terhadap gaya utama. Struktur ini biasanya disebut STYLOLITE. ( gambar 3.3)
 
Berdasarkan Fracture Mechanics, rekahan dibagi menjadi tiga mode yakni : 



-          Mode 1 atau Ekstension; Pergerakan tegak lurus bidang kekar ( tensile Fracture)
-          Mode 2 atau Shear Fractures; Gerak geser pararel (sliding) terhadap bidang kekar dan tegaklurus terhadap ujung kekar.
-          Shear Fracture atau Mode 3; Gerak geser pararel terhdap bidang dan ujung kekar ( tearing mode)
            III.1.3  Unsur-unsur Kekar
Kekar memiliki unsur-unsur yang membedakan dengan struktur lainnya yaitu :        
1.      Conjugate shear fracture ; kekar berpasangan yang terjadi akibat gaya compressive umumnya membentuk sudut lancip terhada arah tegasan utama.
2.      Strike dan dip; Arah jurus dari bidang kekar dan susdut yang dibentuk terhadap bigan horizontal
3.      Orientasi kekar; arahan umum dari satu set kekar yang ada
4.      Joint spacing; jarak rata-rata antaar joint diukur tegak lurus joint
III.2     Struktur Sesar
Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami “pergeseran yang berarti” pada bidang rekahnya. Suatu sesar dapat berupa bidang sesar (Fault Plain) atau rekahan tunggal. Tetapi sesar dapat juga dijumpai sebagai semacam jalur yang terdiri dari beberapa sesar minor. Jalur sesar atau jalur penggerusan, mempunyai dimensi panjang dan lebar yang beragam, dari skala minor sampai puluhan kilometer. Kekar yang memperlihatkan pergeseran bisa juga disebut sebagai sesar minor. Rekahan yang cukup besar akibat regangan, amblesan, longsor, yang disebut Fissure, tidak termasuk dalam definisi sesar.
            III.2.1  Faktor Penyebab
Patahan terjadi ketika suatu batuan mengalami retakan terlebih dahulu yang kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan kekuatan batuan yang mendapatkan gaya sehingga timbul adanya retakan (fracture). Tekanan yang diberikan mampu memberikan perubahan pada batuan dengan waktu yang sangat lama dan hingga memberikan gerakan sebesar seperseratus sentimeter dan bahkan sampai beberapa meter. Ketika ini terjadi, maka akan timbul sebuah gaya yang sangat besar yang berdampak getaran bagi sekitarnya saat suatu batuan mengalami patahan atau yang sering kita sebut dengan gempa. Arah pergerakan pada suatu patahan tergantung pada kekuatan batuan. Patahan diakibatkan oleh batuan yang ditekankan atau mendapatkan gaya yang pada umumnya dalam bentuk tekanan ( pada umumnya membentuk lipatan) yang kemudian batuan dapat pecah. Patahan adalah istilah yang menandai adanya gaya tekan atau tekanan dan terjadi secara alami yang geometris.
III.2.2  Klasifikasi Sesar
Para ahli geologi, membagi sesar menjadi 2 kelompok besar berdasaran tipe pergeserannya dan ada  tidaknya pitch pada bidang sesar.
            a) Slip (pergeseran relatif)
Pergeseran relatif pada sesar, diukur dari jarak blok pada bidang pergeseran titik-titik yang sebelumnya berhimpit. Jarak total dari pergeseran disebut dengan Net Slip.
Slip Fault terbagi atas:
-          Strike Slip Fault, sesar yang arah pergerakannya relatif parallel dengan strike bidang sesar. (Pitch 00 - 100). Sesar ini disebut juga sebagai Sesar Mendatar. Sesar mendatar terbagi lagi atas :
1. Sesar Mendatar Sinistral, yaitu sesar mendatar yang blok
batuan kirinya lebih mendekati pengamat.
2. Sesar Mendatar Dextral, yaitu sesar mendatar yang blok
batuan kanannya lebih mendekati pengamat.
 
Dip Slip Fault, sesar yang arah pergerakan nya relatif tegak lurus strike bidang sesar dan berada pada dip bidang sesar. (Pitch 80° - 90°). Dip Slip Fault terbagi lagi atas :
1. Sesar Normal, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-Wallnya relatif turun terhadap Foot-Wall.
2. Sesar Naik, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-Wallnya
relatif naik terhadap Foot-Wall.
3.      Strike-Dip Slip Fault atau (Oblique Fault), yaitu sesar yang vektor pergerakannya terpengaruh arah strike dan dip bidang sesar. (Pitch 100 - 800).
Berdasarkan Pergerakan relatif dari hangingwall dan footwallnya sesar dibedakan menjadi :
a.       Normal Fault : sewaktu batuan  meregang akibat gaya tension, normal fault terjadi dimana Hanging wall bergerak turun relatif terhadap footwall. Menimbulkan gawir ( fault scarp ).Umumnya memiliki dip > 45°
b.      Reverse Fault :sewaktu batuan mengalami kompresi, reverse fault muncul. Blok Hanging wal bergerak keatas realtif terhadap footwall. Hal ini menyebabkan pemendekan tubuh batuan dan penebalan lapisan. Umumnya memiliki dip minimum 45°. Jika dip bidang sesar kurang dari 45 derajat, ini dinamakan Thrust fault. Hal ini menyebabkan batuan lebih tua pada Blok Hanging wall bergerak ke atas dan melewati batuan lebih muda pada foot wall berkilometer.
c.       Strike Slip-fault :Pergerakan lapisan horizontal dan pararel terhadap jurus bidang sesar. Umumnya memiliki dip yang vertical dan curam
b) Separation (Pergeseran Relatif Semu)
Bila pitch tidak dapat ditemukan, maka pergeseran tidak dapat ditentukan, maka pergeseran disebut separation.
            III.2.3  Unsur-unsur Sesar
Dalam mengenali dan memahami Sesar, para ahli geologi membuat beberapa unsur-unsur yang dimiliki oleh struktur sesar, meliputi :
1. Bidang Sesar, yaitu bidang rekahan tempat terjadinya pergeseran yang kedudukannya dinyatakan dengan jurus dan kemiringan.
2. Hanging-Wall, yaitu blok bagian terpatahkan yang berada relatif diatas bidang sesar.
3. Foot-Wall, yaitu blok bagian terpatahkan yang relatif berada
dibawah bidang sesar.
4. Throw, yaitu besarnya pergeseran vertikal pada sesar.
5. Heave, yaitu besarnya pergeseran horizontal pada sesar.
6. Pitch, yaitu besarnya sudut yang terbentuk oleh perpotongan antara gores garis (Slicken Line) dengan garis horizontal (garis horizontal diperoleh dari penandaan kompas pada bidang sesar saat pengukuran Strike bidang sesar).
III.2.4  Indikasi Sesar di Lapangan
Pada kenyataan, Struktur sesar tidaklah semuanya utuh. Namun lebih sering hanya sebagian Hangingwall atau footwall saja yang nampak. Beberapa indikasi umum adanya sesar :
1. Kelurusan pola pengaliran sungai.
2. Pola kelurusan punggungan.
3. Kelurusan Gawir.
4. Gawir dengan Triangular Facet.
5. Keberadaan mata air panas.
6. Keberadaan zona hancuran.
7. Keberadaaan kekar.
8. Keberadaan lipatan seret (Dragfolg)
9. Keberadaan bidang gores garis (Slicken Side) dan Slicken
    Line.
10. Adanya tatanan stratigrafi yang tidak teratur.
III.3     Struktur Lipatan
               Terdapat beberapa definisi lipatan menurut ahli geologi struktur, antara lain:
1.      Hill (1953)
Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang mekanismenya disebabkan oleh dua proses, yaitu bending (melengkung) dan buckling (melipat). Pada gejala buckling, gaya yang bekerja sejajar dengan bidang perlapisan, sedangkan pada bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang permukaan lapisan.
2.      Billing (1960)
Lipatan merupakan bentuk undulasi atau suatu gelombang pada batuan permukaan.
3.      Hob (1971)
Lipatan akibat bending, terjadi apabila gaya penyebabnya agak lurus terhadap bidang lapisan, sedangkan pada proses buckling, terjadi apabila gaya penyebabnya sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada proses buckling terjadi perubahan pola keterikan batuan, dimana pada bagian puncak lipatan antiklin, berkembang suatu rekahan yang disebabkan akibat adanya tegasan tensional (tarikan) sedangkan pada bagian bawah bidang lapisan terjadi tegasan kompresi yang menghasilkan Shear Joint. Kondisi ini akan terbalik pada sinklin.
4.      Park (1980) Lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (curve) dari suatu bidang lapisan batuan.
 
III.3.1  Faktor Terjadinya Lipatan
Pada pembentukan lipatan ini juga dipengaruhi oleh tenaga endogen sebagai faktor utama pembentukannya. Tenaga endogen ini akan melakukan dorongan kepada lapisan dari samping dan arahnya saling berlawanan sehingga akan terjadi penekukan pada lapisan batuan, tetapi hanya jenis batuan sedimen saja yang bisa membentuk lipatan karena memang sifatnya yang elastis sehingga saat mendapatkan gaya dorong dari kedua sisinya lapisan batuan tidak akan patah, dari beberapa jenis lipatan selain mendapatkan gaya dari samping juga mendapatkan gaya dari atas dan bawah sehingga bentuk lipatannya akan menjadi khas, seperti chevron fold yang berbentuk lancip dengan sudut tertentu.
Dari uraian yang telah di jabarkan jelas bahwa suatu bentuk lipatan terjadi akibat deformasi. Dalam hal ini deformasi yang terjadi menghasilkan bentuk lengkungan dari suatu bidang perlapisan yang awalnya datar dan horizontal. Dengan demkian singkapan batuan sedimen yang memiliki kemiringan relatif 0o atau relatif datar diasumsikan batuan tersebut belum mengalami deformasi berupa proses pembentukan lipatan.
Struktur lipatan di samping mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yag terkecil (mikro fold) hingga berukuran regional(mega fold) juga memiliki bentuk yang bermacam-macam. Adanya variasi ukuran dan bentuk tersebut tergantung pada sifat fisik batuan yang terlipat, sistem tegasan, dan mekanisme pembentukanya serta waktu serta bearnya gaya yang bekerja.
Berdasarkan genetiknya struktur lipatan dapat terbentuk akibat tektonik dan non tektonik. Perbedaan diantara keduanya antara lain adalah lipatan yang dibentuk akibat aktifitas tektonik seringkali pola lipatannya teratur, pada permukaan bidang lapisanbbatuan sering dijumpai sejumlah slicken side dan pembentukannya setelah batuan tersebut terbentuk.
           Lipatan yang terbentuk akibat non tektonik umumnya pola lipatannya tidak teratur, tida dijumpai slicken side pada permukaan bidang lapisan batuan dan pembentukannya terjadi pada saat pengendapan (slump structure), atau dapat juga terjadi setelah batuannya terbentuk. Untuk kasus yang terakhir ini pembentukan struktur lipatan terjadi akibat gejala geologi berupa proses Diapirik dan gravity sliding.
Struktur lipatan akibat tektonik pada dasarnya dapat terbentuk akibat tegasa kompresi dan tegasan ekstensi. Namun kenyataannya di lapangan seringkali struktur lipatan disebabka oleh tegasan kompresi. Terbentuknya struktur lipatan akibat tegasa kompresi umumnya menghasilkan pola lipatan yang lebih rumit dibandingkan dengan akibat tegasan ekstensional.
Terbentuknya struktur lipatan akibat tegasan ekstensional sebenarnya bukan merupakan akibat langsung dari aktifitas tekotniknya, namun merupakan akibat sekunder karena adanya gaya berat dari tubuh batuan itu sendiri. Struktur lipatan ini selalu terjadi pada zona sesar normal dan selalu terbentuk di hanging wall. Proses terbentuknya lipatan ini relatif bersamaan denga gerak blok batuan yang tersesarkan. Terbentukya struktur lipatan yang terakhir ini dinamakan roll over.
III.3.2  Klasifikasi Lipatan
Klasifikasi lipatan berdasarkan unsur geometri, antara lain:
            A. Berdasarkan kedudukan Axial Plane, yaitu:
1.      Upright Fold atau Simetrical Fold (lipatan tegak atau lipatan setangkup).
2.      Asimetrical Fold (lipatan tak setangkup atau lipatan tak simetri)
3.      Inclined Fold atau Over Fold (lipatan miring atau lipatan menggantung).
4.      Recumbent Fold (lipatan rebah)
B. Klasifikasi lipatan berdasarkan bentuknya, antara lain:
1.      Concentric Fold
2.      Similar Fold.
3.      Chevron Fold.
4.      Isoclinal Fold.
5.      Box Fold
6.      Fan Fold.
7.      Closed Fold
8.      Harmonic Fold
9.      Disharmonic Fold.
10.  Open Fold
11.  Kink Fold, terbagi lagi atas :
                           a. Monoklin.
                           b. Homoklin.
                           c. Terrace.

III.3.3  Unsur-unsur Lipatan
Dalam mengenali dan menganalisis data lipatan, terdapat beberapa unsur yang harus diketahui meliputi :
1. Plunge, sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal pada bidang vertikal.
2. Core, bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar sumbu lipatan.
3. Crest, daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu dijumpai pada antiklin
4. Pitch atau Rake, sudut antara garis poros dan horizontal, diukur pada bidang poros.
5. Depresion, daerah terendah dari puncak lipatan.
6. Culmination, daerah tertinggi dari puncak lipatan.
7. Enveloping Surface, gambaran permukaan (bidang imajiner) yang melalui semua Hinge Line dari suatu lipatan.
8. Limb (sayap), bagian dari lipatan yang terletak Downdip (sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum antiklin sampai hinge sinklin), atau Updip (sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum sinklin sampai hinge antiklin). Sayap lipatan dapat berupa bidang datar (planar), melengkung (curve), atau bergelombang (wave).
9. Fore Limb, sayap yang curam pada lipatan yang simetri.
10. Back Limb, sayap yang landai.
11. Hinge Point, titik yang merupakan kelengkungan maksimum pada suatu perlipatan.
12. Hinge Line, garis yang menghubungkan Hinge Point pada suatu perlapisan yang sama.
13. Hinge Zone, daerah sekitar Hinge Point.
14. Crestal Line, disebut juga garis poros, yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap permukaan lapisan pada sebuah antiklin.
15. Crestal Surface, disebut juga Crestal Plane, yaitu suatu permukaan khayal dimana terletak di dalamnya semua garis puncak dari suatu lipatan.
16. Trough, daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai pada sinklin.
17. Trough Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah ada setiap permukaan lapisan pasa sebuah sinklin.
18. Trough Surface, bidang yang melewati Trough Line.
19. Axial Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan maksimum pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lapisan.
20. Axial Plane, bidang sumbu lipatan yang membagi sudut sama besar antara sayap-sayap lipatannya.
Dalam bentuknya, tubuh utama lipatan terdiri dari :
a.       Anticline; Lipatan dengan arah pemudaan lapisan keluar, dan umumnnya melengkung keatas. Anticline dibagi dua yakni Angular Antiform dan Rounded Antiform
b.      Syncline; Lipatan dengan arah pemudaan lapisannya ke dalam ( core ), serta membusur kea rah bawah umumnya. Syncline juga memiliki Angular dan rounded.
 
III.3.4  Indikasi Lipatan di Lapangan
Sebenarnya kenampakan lipatan pada singkapan sudah jelas bentuknya tetapi biasanya singkapannya dalam ukuran yang besar dan sudah tidak sempurna lagi bentuknya karena kemungkinan sudah terjadi perubahan bentuk permukaan, misalkan yang tadinya berbentuk bukit menjadi rata karena adanya penggerusan untuk diratakan atau hal-hal lainnya, oleh karena itu diperlukan pengukuran strike dan dip yang valid karena biasanya lipatan memiliki dua sayap pada lapisan batuannya dan dua sayap itu memiliki ukuran dip yang saling berlawanan dan disertai adanya perulangan litologi, lipatan juga biasanya disertai dengan kekar dan sesar yang intensif , tapi adanya kekar dan sesar ini belum bisa mengindikasikan adanya lipatan, tetapi kalau ditemukan lipatan biasanya pasti ditemukan adanya kekar atau sesar.
III.4     Hubungan Sistem Kekar, Sesar dan Lipatan
Berdasarkan definisi dari struktur geologi kekar, sesar, dan lipatan telah menunjukkan bahwa adanya keterkaitan satu dengan yang lain. Hubungan dari ketiga struktur geologi ini dapat dijelaskan melalui three stages of deformation yang merupakan sifat deformasi suatu benda terhadap gaya berdasarkan tingkat elastisitas benda tersebut. Ketiga tingkatan tersebut adalah :
1.      Elastic
Benda dikatakan elastic jika suatu benda dikenai gaya, maka akan mengalami deformasi, tetapi jika gaya dilepas (hilang), maka benda tersebut akan kembali lagi pada bentuk dan ukuran semula. batas dimana suatu benda masih dapat kembali seperti semula jika gaya dilepas, disebut elastic limit. Maka jika besar gaya yang bekerja melebihi elastic limit, benda tersebut tidak akan kembali pada bentuk semula, jika gaya hilang.
2.      Plastic
Benda dikatakan plastic jika gaya yang bekerja mencapai elastic limit. Benda yang terkena gaya hanya sebagian yang dapat kembali pada bentuk semula, jika gaya dihilangkan.
3.      Brittle and Ductile
Benda dikatakan brittle, jika benda sudah pecah sebelum gaya yang bekerja mencapai titik plastis. Benda dikatakan ductile, jika benda pecah/hancur setelah gaya melewati titik elastic.
Berdasarkan penjelasan mengenai tingkat deformasi tersebut dapat diketahui bahwa kekar merupakan awal atau pemicu adanya sesar dan lipatan. Hal ini dikarenakan kekar menjadi zona lemah suatu batuan yang apabila mendapat gaya yang lebih besar akan memicu terjadinya struktur geologi sesar dan lipatan. Sedangkan sesar naik umumnya terbentuk pada daerah lipatan berupa sinklin dan sesar turun terbentuk pada daerah lipatan yang berupa antiklin. Hal ini dikarenakan ketika gaya tekan pada daerah lipatan hilang, maka batuan yang terlipat akan kembali berusaha kebentuk semula, tetapi karena adanya kekar maka terbentuklah sesar karena pergerakan yang terjadi pada bidang kekar.
III.4.1  Asosiasi Kekar dan Sesar
Diketahui bahwa analisis terhadap kekar pada suatu tubuh batuan, selain bertujuan untuk menentukan arah gaya yang mempengaruhinya, juga untuk mengetahui ada tidaknya kekar dan lipatan, bahkan dari analisis kekar kita dapat mengetahui apakah suatu lipatan itu berupa sinklin atau antiklin. Selain itu kita juga dapat mengetahui suatu sesar merupakan sesar naik, turun atau geser dari hasil analisis kekar.
Untuk menentukan suatu sesar, kita dapat melakukannya dengan analisis kekar untuk mendapatkan nilai Ө1, Ө2, Ө3. Jika kedudukan Ө1, Ө2 relatif horizontal, sedangkan Ө3 relatif vertikal sehingga menghasilkan hanging wall bergerak naik terhadap foot wall maka sesar tersebut merupakan sesar naik. Jika kedudukan Ө2, Ө3 relatif horisontal, sedangkan Ө1 vertikal sehingga menyebabkan hanging wall bergerak turun terhadap foot wall maka sesar tersebut merupakan sesar turun. Jika kedudukan Ө1, Ө3 relatif horisontal, sedangkan Ө2 vertikal, sehingga menyebabkan blok bergeser ke kanan atau kiri maka sesar tersebut merupakan sesar geser.
III.4.2  Asosiasi Kekar, Sesar dan Lipatan
Batuan yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda terhadap gaya tegasan yang bekerja pada batuan batuan tersebut, dengan demikian kita juga dapat memperkirakan bahwa beberapa batuan ketika terkena gaya tegasan yang sama akan terjadi retakan atau terpatahkan, sedangkan yang lainnya akam terlipat.
Geometri dari perlipatan lapisan batuan yang terkena tegasan dimana pada tahap awal perlapisan batuan akan terlipat membentuk lipatan sinklin – antiklin dimana secara geometri bentuk lengkungan bagian luar (outer arc) akan mengalami peregangan sedangkan lengkungan bagian dalam akan mengalami pembelahan (cleavage). Apabila tegasan ini berlanjut dan melampaui batas elastisitas batuan, perlipatan akan mulai terpatahkan (tersesarkan) melalui bidang yang terbentuk pada sumbu lipatannya. Pada bidang patahan, gaya tegasan akan berubah arah seperti diperlihatkan pada.
Ketika batuan batuan yang berbeda tersebut berada di area yang sama, seperti batuan yang bersifat lentur menutupi batuan yang bersifat getas, maka batuan yang getas kemungkinan akan terpatahkan dan batuan yang lentur mungkin hanya melengkung atau terlipat diatas bidang patahan. Demikian juga ketika batuan batuan yang bersifat lentur mengalami retakan dibawah kondisi tekanan yang tinggi, maka batuan tersebut kemungkinan terlipat sampai pada titik tertentu kemudian akan mengalami pensesaran, membentuk suatu patahan.
 
Riedel’s Shear Model (Simple Shear System)
2.      Sesar utama merupakan koridor pembatas utama
3.      R (Synthetic Riedel Shear) terbentuk lebih dulu dari R’ (Anthitethic Riedel Shear).
4.      R shear dan P shear membentuk dilatational jog (transtensional divergent/negatif flower structure) pada strike slip fault system.
5.      Hubungan antara sesar-sesar orde 1 dan orde 2 (R, R’) dan P fault/shear bisa menghasilkan dilatational jog.
6.      Tension gash membentuk sudut 45° terhadap sesar utama
7.      Tension gash berpola jajaran en echelon dalam zona sesar è terdapatnya vein mineralisasi dalam mesothermal system dan epithermal system
Diagram Riedel, menyajikan kemungkinan dari pembentukan sesar-sesar dalam satu system.
-          B. Corbett & Leach (1995, 1996)
Corbert dan Leach menyajikan hubungan dari kekar dan sesar secara sederhana. Berdasarkan gambar diatas, dapat di ketahui Corbert menyimpulkan bahwa conjugate shear fracture akan membentuk sudut lancip terhadap arah tegasan utama dengan sudut kurang dari 45 °. Selain itu juga dapat di amati :

            Compressional Model (Pure shear system)
1.      Sesar-sesarnya se-orde
2.      Conjugate fracture  30° – 35° terhadap s1 (2q = 60-70°)
3.      Pengisian emas dengan grade tinggi pada porsi sigmoidal tension gashes
4.      Mesothermal vein terdapat pada orientasi tarikan (lingkaran Merah)